Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!
Dalam katekese ini, menjelang Natal,
saya ingin menawarkan beberapa bahan renungan untuk mempersiapkan perayaan
Natal. Dalam liturgi Misa Tengah Malam, pemberitaan Malaikat kepada para
gembala : “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan
besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu
Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:10-11).
Meneladan para gembala, kita juga
bergerak secara rohani menuju Betlehem, tempat Maria melahirkan Anak di sebuah
kandang, “karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” (2:7). Natal
telah menjadi pesta sejagad, dan bahkan mereka yang tidak percaya merasakan
daya tarik peristiwa ini. Umat Kristiani, bagaimanapun, tahu bahwa Natal adalah
peristiwa yang menentukan, api kekal yang telah dinyalakan Allah di dunia, dan
tidak boleh disamakan dengan hal-hal yang fana. Natal tidak boleh direduksi
menjadi festival sentimental atau konsumeris belaka adalah penting. Hari Minggu
lalu saya menyoroti masalah ini, menggarisbawahi bahwa konsumerisme telah
membajak Natal. Tidak : Natal tidak boleh direduksi menjadi pesta sentimental
atau konsumeris, penuh dengan hadiah dan harapan yang baik tetapi miskin iman
Kristiani, dan juga miskin kemanusiaan. Oleh karena itu, perlunya mengekang mentalitas
duniawi tertentu, yang tidak mampu menangkap inti pijar iman kita, yaitu hal
ini : “Sabda itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Dan inilah pokok
Natal; malahan, kebenaran Natal, tidak ada yang lain.
Natal mengundang kita untuk
merenungkan, di satu sisi, drama sejarah, yang di dalamnya manusia, yang
terluka oleh dosa, terus mencari kebenaran, mencari belas kasihan, dan mencari
penebusan; dan, di sisi lain, kebaikan Allah, yang telah datang kepada kita
untuk menyampaikan kebenaran yang menyelamatkan serta membuat kita ikut ambil
bagian dalam persahabatan dan kehidupan-Nya. Dan karunia kehidupan ini : ini
murni rahmat, bukan karena pahala kita. Bapa Suci pernah berkata : "Tetapi
lihat di sana, di sebelah sana, di sana : carilah pahalamu dan kamu tidak akan
menemukan apa pun selain rahmat". Semuanya adalah rahmat, karunia rahmat.
Dan karunia rahmat ini, kita terima melalui kesederhanaan dan kemanusiaan
Natal, dan karunia tersebut dapat mengenyahkan dari hati dan pikiran kita
pesimisme yang telah menyebar semakin banyak saat ini sebagai akibat pandemi.
Kita dapat mengatasi rasa kebingungan yang menggelisahkan itu, tidak membiarkan
diri kita terbebani oleh kekalahan dan kegagalan, dengan menemukan kembali
kesadaran bahwa Anak yang rendah hati dan malang itu, yang tersembunyi dan
tidak berdaya, adalah Allah sendiri, yang menjadi manusia bagi kita. Konsili
Vatikan II, dalam sebuah bagian terkenal dari Konstitusi Pastoral Gereja di
Dunia Dewasa Ini, mengatakan kepada kita bahwa peristiwa ini menyangkut diri
kita masing-masing : “Karena melalui penjelmaan-Nya Putra Allah telah
mempersatukan diri-Nya dalam beberapa cara dengan setiap manusia. Ia bekerja
dengan tangan manusia, berpikir dengan hati manusia, bertindak dengan pilihan
manusia dan dicintai dengan hati manusia. Dilahirkan dari Perawan Maria, Ia
benar-benar telah menjadi salah seorang dari kita, seperti kita dalam segala
hal kecuali dosa” (Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, 22). Tetapi Yesus lahir
dua ribu tahun yang lalu, apa hubungannya ini dengan saya? Kelahiran Yesus itu
memengaruhi kamu, dan saya, kita masing-masing. Yesus adalah salah seorang dari
kita : Allah, di dalam Yesus, adalah salah seorang dari kita.
Kenyataan ini memberikan banyak
sukacita dan keberanian kepada kita. Allah tidak memandang rendah kita, dari
jauh, Ia tidak melewati kita, Ia tidak ditampik oleh kesengsaraan kita, Ia
tidak hanya berbalut tubuh secara dangkal, tetapi Ia sepenuhnya mengambil
kodrat kita dan keadaan manusiawi kita. Ia tidak meniadakan apa pun kecuali
dosa : satu-satunya hal yang tidak Ia miliki. Seluruh umat manusia berada di
dalam Dia. Ia mengambil semua yang kita miliki, sama seperti kita. Hal ini
penting untuk memahami iman Kristiani, Santo Agustinus, merenungkan perjalanan
pertobatannya, menulis dalam Pengakuan-pengakuan : “Karena aku tidak berpegang
pada Yesus Kristus Tuhanku, aku, merendahkan diri, kepada Sang Rendah Hati;
ataupun aku tidak tahu ke mana kelemahan-Nya akan membimbing kita”
(Pengakuan-pengakuan VII, 8). Dan apakah "kelemahan" Yesus?
"Kelemahan" Yesus adalah sebuah "ajaran"! Karena
"kelemahan" Yesus mengungkapkan kasih Allah kepada kita. Natal adalah
pesta Kasih yang menjelma, kasih yang lahir bagi kita di dalam Yesus Kristus.
Yesus Kristus adalah terang umat manusia yang bersinar dalam kegelapan, memberi
makna bagi keberadaan manusia dan seluruh sejarah.
Saudara dan saudari yang terkasih,
semoga cerminan singkat ini membantu kita merayakan Natal dengan kesadaran yang
lebih besar. Tetapi ada cara lain untuk mempersiapkan, yang ingin saya ingatkan
kepada kamu dan saya, dan yang berada dalam jangkauan semua orang : sedikit
merenung, dalam keheningan, di depan palungan. Tampilan adegan Kelahiran Yesus
adalah katekese dari kenyataan ini, dari apa yang telah dilakukan tahun itu,
hari itu, yang telah kita dengar dalam Injil. Oleh karena itu tahun lalu saya
menulis surat, yang akan bagus untuk kita ambil lagi. Surat tersebut berjudul
"Admirabile signum", "Gambar yang mempesona". Di
sekolah Santo Fransiskus dari Asisi, kita bisa menjadi seperti anak kecil
dengan berhenti sejenak untuk merenungkan adegan Kelahiran, dan dengan
memperkenankan keheranan akan cara "luar biasa" yang dikehendaki
Allah untuk datang ke dunia terlahir kembali di dalam diri kita. Marilah kita
memohon rahmat keherana : di hadapan misteri ini, kenyataan yang begitu lembut,
begitu indah, begitu dekat dengan hati kita, agar Tuhan sudi memberikan kita
rahmat keheranan, untuk berjumpa dengan-Nya, mendekat kepada-Nya, semakin
mendekat kepada kita semua. Hal ini akan menghidupkan kembali kelembutan dalam
diri kita. Suatu hari, ketika saya berbicara dengan beberapa ilmuwan, kami berbicara
tentang kecerdasan buatan dan robot … ada robot yang diprogram untuk semua
orang dan segalanya, dan ini terus berkembang. Dan saya berkata kepada mereka,
"Tetapi apa yang tidak akan pernah bisa dilakukan robot?" Mereka
memikirkannya, mereka memberi saran, tetapi pada akhirnya mereka semua sepakat
tentang satu hal : kelembutan. Robot tidak akan pernah mampu melakukan hal ini.
Dan inilah yang diberikan Allah kepada kita, hari ini : suatu cara yang
menakjubkan yang di dalamnya Allah ingin datang ke dunia, dan hal ini
membangkitkan kelembutan dalam diri kita, kelembutan manusiawi mendekati
kelembutan Allah. Dan hari ini kita sangat membutuhkan kelembutan, kita sangat
membutuhkan jamahan manusiawi, dalam menghadapi begitu banyak kesengsaraan!
Jika pandemi memaksa kita untuk semakin jauh, Yesus, di palungan, menunjukkan
kepada kita cara kelembutan untuk saling mendekat, menjadi manusiawi. Marilah
kita mengikuti jalan ini. Selamat Natal!
[Sapaan Khusus]
Dengan hormat saya menyapa umat yang
berbahasa Inggris. Di hari-hari terakhir sebelum Natal ini, saya memohonkan
atas kalian dan keluarga kalian sukacita dan damai Tuhan Yesus. Tuhan
memberkati kalian!
[Ringkasan dalam bahasa Inggris yang
disampaikan oleh seorang penutur]
Saudara dan saudari yang terkasih :
Menjelang Natal, kita bersiap untuk mendengarkan sekali lagi pesan penuh
sukacita dari malaikat kepada para gembala di Betlehem : “Jangan takut, sebab
sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa :
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan” (Luk 2:10-12).
Seperti para gembala, kita juga dipanggil untuk melakukan perjalanan rohani
menuju Betlehem untuk mencari dan menemukan Yesus, terang abadi Allah yang
bersinar di dunia. Natal mengundang kita untuk mengatasi mentalitas duniawi
tertentu yang membutakan kita dari pokok iman kita : Sabda yang menjadi manusia
yang diam di antara kita. Natal mengingatkan kita bahwa rencana kekal Allah
bersinggungan dengan sejarah kita dan membuka jalan menuju masa depan yang
lebih baik. Tahun ini, di tengah krisis kesehatan global, Natal dapat membantu
kita melihat ke depan dan merangkul harapan yang ditawarkan Yesus yang baru
lahir kepada kita. Ketika kita merenung dan berdoa di depan kandang Natal,
semoga kita menjadi semakin menyadari kedekatan dan kasih Allah yang lembut,
yang mengambil rupa daging demi keselamatan kita. Natal ini, semoga Yesus
dilahirkan kembali dalam diri kita masing-masing, sehingga melalui hidup kita,
kita dapat membawa sukacita dan harapan baru bagi semua orang.
____
(Peter Suriadi - Bogor, 23 Desember
2020)