Saudara dan saudari terkasih,
Bertemu kalian, para pegawai Vatikan
dan keluarga kalian saat kita mendekati liburan Natal merupakan sukacita bagi
saya. Saya berterima kasih kepada kolega medis kalian yang berbicara atas nama
kalian semua : kata-katanya baik untuk kita dan memberikan harapan kepada kita.
Saya berterima kasih kepada kalian semua atas pekerjaan yang kalian lakukan
dengan penuh semangat dalam melayani Kuria Roma dan Kota Vatikan. Pandemi tidak
hanya menyebabkan situasi kesehatan yang kritis tetapi juga banyak kesulitan
ekonomi bagi banyak keluarga dan lembaga. Takhta Suci juga telah terpengaruh
dan berusaha semaksimal mungkin untuk menangani situasi genting ini dengan cara
terbaik. Persoalannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sah kalian sebagai
pegawai dan orang-orang Takhta Suci : kita harus memenuhi kebutuhan satu sama
lain dan bergerak maju dalam pekerjaan kita bersama, selalu. Rekan kerja kami,
kalian yang bekerja di Takhta Suci, adalah hal yang paling penting : tak
seorang pun boleh diberhentikan, tak seorang pun meninggalkan pekerjaan; para
atasan di Gubernurat dan juga Sekretariat Negara, semuanya sedang mencari cara
untuk tidak mengurangi pendapatan kalian, tidak mengurangi apa pun yang dapat
berdampak buruk bagi hasil kerja kalian saat ini. Banyak cara sedang
diusahakan, tetapi prinsipnya sama : jangan tinggalkan pekerjaan kalian; tak
seorang pun harus diberhentikan, tak seorang pun yang menderita dampak buruk ekonomi
akibat pandemi ini. Tetapi bersama-sama kita harus bekerja lebih keras untuk
saling membantu memecahkan masalah ini, yang tidak mudah, karena kalian tahu:
di sini, baik di Gubernurat maupun di Sekretariat Negara, tidak ada Mandrake,
tidak ada tongkat ajaib, dan kita harus mencari cara untuk memecahkan masalah
ini, dan dengan niat baik, bersama-sama, kita akan menyelesaikannya. Bantulah
saya dalam hal ini dan saya akan membantu kalian : bersama-sama kita akan
saling membantu untuk maju sebagai satu keluarga. Terima kasih.
Natal adalah pesta sukacita karena
"sebab seorang anak telah lahir untuk kita" (bdk. Yes 9:5), dan kita
semua dipanggil untuk pergi kepada-Nya. Para gembala menjadi teladan kita. Kita
juga harus menuju Yesus : mengguncang diri dari kelambanan kita, kejemuan kita,
sikap apatis kita, kurangnya minat dan ketakutan kita, terutama dalam masa
darurat kesehatan ini, di mana kita berjuang untuk menemukan kembali antusiasme
kita terhadap kehidupan dan iman. Ini melelahkan, ini adalah waktu yang melelahkan
kita. Meneladan para gembala, kita dipanggil untuk memikul tiga sikap, yang
diwakili oleh tiga kata kerja : menemukan kembali, merenungkan, dan mewartakan.
Kita masing-masing dapat melihat bagaimana kita dapat menemukan kembali,
merenungkan, dan mewartakan dalam kehidupan kita sendiri.
Menemukan kembali kelahiran Sang
Putra Allah sebagai peristiwa terpenting dalam sejarah adalah penting.
Peristiwa tersebut telah dinubuatkan oleh para nabi berabad-abad sebelum itu
terjadi. Peristiwa inilah yang masih dibicarakan hingga saat ini : tokoh
sejarah mana yang kita bicarakan seperti kita berbicara tentang Yesus? Dua
puluh abad telah berlalu dan Yesus hidup lebih dari sebelumnya - dan Ia juga
lebih sering dianiaya, sangat sering - dan semakin tercemar oleh kurangnya
kesaksian dari banyak orang Kristiani. Dua puluh abad telah berlalu. Dan
orang-orang yang berpaling daripada-Nya, dengan perilaku mereka, memberikan
kesaksian lebih lanjut tentang Yesus : tanpa Dia, manusia menjadi mangsa
kejahatan : dosa, kejahatan, keegoisan, kekerasan dan kebencian. Sabda sudah
menjadi daging dan diam di antara kita: inilah peristiwa yang harus kita
temukan kembali.
Sikap kedua adalah merenungkan. Sikap
yang pertama adalah menemukan kembali, sikap yang kedua adalah merenungkan.
Para gembala berkata : “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang
terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita" (Luk 2:15)
: yaitu, marilah kita bermeditasi, merenungkan, berdoa. Dan inilah teladan
terindah yang diberikan kepada kita oleh ibu Yesus, oleh Maria : ia menyimpan
di dalam hatinya, ia merenungkan. Dan apa yang kita temukan dengan merenungkan?
Santo Paulus memberitahu kita : “Tetapi ketika nyata kemurahan Allah,
Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah
menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi
karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang
dikerjakan oleh Roh Kudus” (Tit 3:4-5). Kita menemukan bahwa Allah mewujudkan
kebaikan-Nya di dalam diri Yesus Sang Putra. Ia mewujudkan belas kasihan-Nya
bagi kita masing-masing yang tahu bahwa kita membutuhkan belas kasihan dalam
hidup kita. Semua orang tahu, dan bisa menyebutkan hal-hal yang ada di dalam
hati mereka masing-masing yang membutuhkan belas kasihan Allah. Siapa yang
tidak merasa tergerak oleh kelembutan di hadapan seorang anak kecil? Dalam
Kanak Yesus, Allah menunjukkan diri-Nya untuk dicintai, penuh dengan kebaikan
dan kelembutan. Kita benar-benar bisa mencintai Allah seperti itu dengan
segenap hati kita. Allah mewujudkan kebaikan-Nya untuk menyelamatkan kita. Dan
apa artinya diselamatkan? Diselamatkan berarti masuk ke dalam kehidupan Allah,
menjadi anak angkat Allah melalui pembaptisan. Inilah makna Natal yang agung :
Allah menjadi manusia sehingga kita bisa menjadi anak-anak Allah.
Pribadi Kedua dari Tritunggal menjadi
manusia, guna menjadi anak tertua, anak sulung dari banyak saudara. Maka Allah
menyelamatkan kita melalui pembaptisan dan menjadikan kita semua masuk sebagai
saudara : merenungkan misteri ini, merenungkan Sang Anak. Dan inilah sebabnya
katekese yang ditunjukkan oleh adegan kelahiran Yesus begitu indah, karena
membuat kita melihat Sang Anak yang lembut yang mewartakan kepada kita belas
kasihan Allah. Renungkan tampilan adegan Kelahiran. Dan ketika saya memberkati
patung-patung ini tempo hari, itu adalah bentuk “permenungan”. Bayi di dalam
palungan adalah sebuah patung, tetapi sebuah patung yang membuat kita berpikir
tentang belas kasihan Allah yang besar yang telah menjadi seorang Anak.
Dan menghadapi kenyataan ini, sikap
ketiga adalah mewartakan. Inilah sikap yang membantu kita untuk maju. Tiga
sikap yang membantu kita saat ini, dan kita harus maju dengan cara ini.
Bagaimana kita melakukan hal ini? Marilah kita melihat kembali pada para
gembala : “Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan
Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya
sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka” (Luk 2:20). Mereka
kembali ke kehidupan sehari-hari. Kita juga harus kembali ke kehidupan
sehari-hari kita: Natal sudah lewat. Tetapi kita harus kembali ke kehidupan
keluarga, bekerja, berubah rupa, kita harus kembali memuliakan dan memuji Allah
untuk semua yang telah kita dengar dan lihat. Kita harus membawa kabar baik ke
dunia : Yesus adalah Juruselamat kita. Dan ini adalah sebuah tugas. Mengapa
saya memiliki harapan? Karena Allah telah menyelamatkan saya. Mengingat apa
yang kita renungkan dan maju serta mewartakannya. Mewartakannya dengan
perkataan, dengan kesaksian hidup kita.
Namun, kesulitan dan penderitaan
tidak bisa mengaburkan cahaya Natal, yang mengilhami sukacita batin yang tidak
dapat diambil oleh siapa pun dari diri kita.
Jadi, marilah kita maju, dengan ketiga sikap ini :
menemukan kembali, merenungkan, dan mewartakan.
Saudara dan saudari yang terkasih, saya menegaskan
terima kasih saya kepada kalian, saya menegaskan kembali penghargaan saya atas
pekerjaan kalian. Begitu banyak dari kalian adalah teladan bagi orang lain :
kalian bekerja untuk keluarga, dalam semangat pelayanan kepada Gereja dan
selalu dengan sukacita yang berasal dari memahami bahwa Allah selalu ada di
antara kita, Ia adalah Allah beserta kita. Dan jangan lupa : sukacita
menjangkit dan baik untuk seluruh komunitas yang sedang bekerja. Seperti,
misalnya, buruknya kesedihan yang muncul dari gosip dan menjatuhkan kalian.
Sukacita menjangkit dan membuat kalian bertumbuh. Bersukacitalah, jadilah saksi
sukacita! Dan dari lubuk hati saya, Selamat Natal untuk kalian semua.
____
(Peter Suriadi - Bogor, 22 Desember 2020)