Saudara-saudari
terkasih, selamat pagi dan hari Minggu yang terberkati!
Hari ini adalah Hari
Raya Tritunggal Mahakudus, dan dalam Bacaan Injil perayaan tersebut Yesus
menghadirkan dua Pribadi ilahi lainnya, Bapa dan Roh Kudus. Ia mengatakan
tentang Roh Kudus : "Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri,
tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia
akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang". Dan kemudian,
tentang Bapa, Ia mengatakan : "Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku
punya" (Yoh 16:13-15). Kita perhatikan bahwa Roh Kudus berbicara, tetapi
bukan tentang diri-Nya sendiri : Ia memberitakan Yesus dan menyatakan Bapa. Dan
kita juga memperhatikan bahwa Bapa, yang mempunyai segala sesuatu karena Ia
adalah asal mula segala sesuatu, memberikan kepada Putra segala yang dipunyai-Nya
: Ia tidak menyimpan apa pun untuk diri-Nya sendiri dan Ia menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Putra. Atau lebih tepatnya, Roh Kudus tidak berbicara tentang
diri-Nya sendiri; Ia berbicara tentang Yesus, Ia berbicara tentang yang lain.
Dan Bapa tidak memberikan diri-Nya sendiri, Ia memberikan Putra. Suatu
kemurahan hati yang terbuka, yang satu terbuka terhadap yang lain.
Dan sekarang marilah
kita melihat diri kita sendiri, apa yang kita bicarakan dan apa yang kita
punyai. Ketika kita berbicara, kita selalu ingin mengatakan sesuatu yang baik
tentang diri kita, dan seringkali, kita hanya berbicara tentang diri kita dan
apa yang kita perbuat. Alangkah seringnya! "Aku telah berbuat ini dan itu
...", "Aku punya masalah ini ...". Kita selalu berbicara seperti
ini. Alangkah berbedanya ini dengan Roh Kudus, yang berbicara dengan
memberitakan yang lain, dan Bapa serta Putra! Dan, alangkah irinya kita dengan
apa yang kita punyai. Alangkah sulitnya bagi kita untuk membagikan apa yang
kita punyai kepada orang lain, bahkan kepada orang-orang yang tidak memiliki
kebutuhan dasar! Berbicara itu mudah, tetapi melaksanakannya sulit.
Inilah sebabnya mengapa
merayakan Tritunggal Mahakudus bukanlah pengamalan teologis, tetapi sebuah
revolusi dalam cara hidup kita. Allah, yang di dalam Dia setiap Pribadi hidup
untuk yang lain dalam hubungan yang terus-menerus, dalam kesesuaian yang
terus-menerus, bukan untuk diri-Nya sendiri, menggugah kita untuk hidup bersama
orang lain dan untuk orang lain. Terbukalah. Hari ini kita dapat bertanya pada
diri kita sendiri apakah hidup kita mencerminkan Allah yang kita percayai :
apakah aku, yang mengaku beriman kepada Allah Bapa dan Putra dan Roh Kudus,
benar-benar percaya bahwa aku membutuhkan orang lain untuk hidup, aku perlu
memberikan diri saya untuk orang lain, aku perlu melayani orang lain? Apakah
aku menegaskan ini dengan kata-kata atau aku menegaskannya dengan hidupku?
Allah Tritunggal yang
Esa, saudara-saudari terkasih, harus diwujudkan dengan cara ini – dengan
perbuatan ketimbang kata-kata. Allah, yang adalah pencipta kehidupan,
disampaikan bukan melalui buku-buku melainkan melalui kesaksian hidup. Ia yang,
sebagaimana ditulis oleh penginjil Yohanes, “adalah kasih” (1 Yoh 4:16),
menyatakan diri-Nya melalui kasih. Pikirkan tentang orang-orang baik, murah
hati, lembut yang pernah kita temui; ingatlah cara berpikir dan bertindak
mereka, kita dapat memiliki permenungan kecil Allah-Kasih. Dan apa artinya
mengasihi? Tidak hanya berharap mereka baik dan menjadi baik untuk mereka,
tetapi pertama-tama dan terutama, pada dasarnya, menyambut orang lain, terbuka
terhadap orang lain, memberi ruangan bagi orang lain, memberi ruang bagi orang
lain. Inilah artinya mengasihi, pada dasarnya.
Untuk memahami hal ini
dengan lebih baik, marilah kita memikirkan nama-nama Pribadi ilahi, yang kita
ucapkan setiap kali kita membuat Tanda Salib : setiap nama mengandung kehadiran
Pribadi lainnya. Bapa, misalnya, tidak akan seperti itu tanpa Putra; demikian
pula, Putra tidak dapat dianggap sendirian, tetapi selalu sebagai Putra Bapa.
Dan Roh Kudus, pada gilirannya, adalah Roh Bapa dan Putra. Singkatnya, Allah
Tritunggal mengajarkan kita bahwa yang satu tidak akan pernah bisa tanpa yang
lain. Kita bukan kepulauan, kita berada di dunia untuk hidup menurut gambar
Allah : terbuka, membutuhkan orang lain dan membutuhkan bantuan orang lain.
Jadi, marilah kita mengajukan pada diri kita sendiri pertanyaan terakhir ini :
dalam kehidupan sehari-hari, apakah aku juga mencerminkan Allah Tritunggal?
Apakah tanda salib yang kubuat setiap hari – Bapa dan Putra dan Roh Kudus –
Tanda Salib yang kita buat setiap hari, mengisyaratkan kepentingan kita, atau
apakah Tanda Salib itu mengilhami caraku berbicara, bertemu, dari menanggapi,
menilai, mengampuni?
Semoga Bunda Maria,
putri Bapa, ibunda Putra dan mempelai Roh Kudus, membantu kita untuk menyambut
dan memberikan kesaksian akan misteri Allah-Kasih dalam kehidupan.
[Setelah pendarasan doa Malaikat Tuhan]
Saudara-saudari
terkasih!
Suster Paschalis Jahn
dan sembilan suster martir dari Kongregasi Biarawati Santa Elisabet, terbunuh
pada akhir Perang Dunia II dalam konteks yang memusuhi iman Kristiani,
dibeatifikasi kemarin di Breslavia, Polandia. Meski sadar akan risiko yang
mereka hadapi, kesepuluh biarawati ini tetap mendampingi para lansia dan orang
sakit yang mereka rawat. Semoga teladan iman mereka kepada Kristus membantu
kita semua, terutama umat Kristiani yang dianiaya di berbagai belahan dunia,
untuk bersaksi tentang Injil dengan berani. Tepuk tangan meriah untuk para
beata baru!
Dan sekarang saya ingin
berbicara kepada rakyat dan para penguasa Republik Demokratik Kongo dan Sudan
Selatan. Para sahabat terkasih, dengan sangat menyesal, karena kaki saya
bermasalah, saya harus menunda kunjungan saya ke negaramu, yang direncanakan
pada hari-hari pertama bulan Juli. Saya benar-benar merasa sangat sedih karena
harus menunda perjalanan ini, yang sangat berarti bagi saya. Saya minta maaf
atas hal ini. Marilah kita berdoa bersama agar, dengan pertolongan Tuhan dan
perhatian medis, saya dapat bersamamu sesegera mungkin. Marilah kita berharap!
Hari ini adalah Hari
Menentang Pekerja Anak Sedunia. Marilah kita semua bekerja untuk menyingkirkan
momok ini, sehingga tidak ada anak yang dirampas hak-hak dasariahnya dan
dibujuk atau dipaksa untuk bekerja. Eksploitasi anak untuk bekerja adalah
situasi yang mengerikan yang mempengaruhi kita semua!
Pikiran terhadap rakyat
Ukraina, yang menderita akibat perang, tetap hidup di hati saya. Biarlah
berlalunya waktu tidak meredam kesedihan dan kepedulian kita terhadap penduduk
yang sedang menderita itu. Tolong, jangan biarkan kita terbiasa dengan situasi
tragis ini! Marilah kita selalu menyimpannya di hati kita. Marilah kita berdoa
dan berjuang untuk perdamaian.
Saya menyapa kamu
semua, umat Roma dan para peziarah dari Italia dan banyak negara. Secara
khusus, saya menyapa umat dari Spanyol dan Polandia, Band Musik San Giorgio di
Castel Condino, yang saya nantikan untuk mendengarkan pertunjukannya di akhir,
Yayasan Verona Minor Hierusalem, para katekis dari Grottamare, para calon
penerima Sakramen Penguatan dari Castelfranco Veneto, dan umat Mestrino. Saya
juga menyapa kelompok AVIS dari Codogno dan saya menyampaikan penghargaan saya
kepada orang-orang yang mendonorkan darah, sebuah sikap kesetiakawanan yang sederhana
dan mulia.
Saya menyapa kamu
semua, juga kaum muda Maria Tak Bernoda. Saya mengucapkan selamat hari Minggu
yang terberkati. Dan tolong, jangan lupa untuk mendoakan saya. Selamat
menikmati makananmu, dan sampai jumpa.
______
(Peter Suriadi - Bogor,
12 Juni 2022)