Hari
ini, pada Hari Minggu Paskah II, yang didedikasikan oleh Santo Yohanes Paulus
II untuk Kerahiman Ilahi, Bacaan Injil (Yoh 20:19-30) memberitahu kita bahwa,
dengan percaya kepada Yesus, Sang Putra Allah, kita dapat memperoleh hidup yang
kekal dalam nama-Nya (ayat 31). “Memperoleh hidup”: apa artinya?
Kita
semua ingin memperoleh hidup, namun ada berbagai cara untuk memperolehnya.
Misalnya, ada orang-orang yang memerosotkan hidup menjadi perlombaan yang
hingar-bingar untuk menikmati dan memperoleh banyak hal: makan dan minum,
bersenang-senang, mengumpulkan uang dan harta benda, merasakan emosi yang kuat
dan baru, dan seterusnya. Semua itu adalah jalan yang pada pandangan pertama
tampak menyenangkan, tetapi tidak memuaskan hati. Bukan dengan cara ini kita
“memperoleh kehidupan”, karena dengan mengikuti jalan kesenangan dan kekuasaan
kita tidak menemukan kebahagiaan. Memang benar, masih banyak aspek kehidupan
yang belum terjawab, seperti cinta, pengalaman penderitaan, keterbatasan, dan
kematian yang tak terelakkan. Dan kemudian impian kita semua tetap tidak
terpenuhi: harapan untuk hidup kekal, harapan untuk dicintai tanpa batas.
Bacaan Injil hari ini mengatakan bahwa kepenuhan hidup, yang menjadi panggilan
kita semua, terwujud dalam diri Yesus: Dialah yang memberi kita kepenuhan hidup
ini. Namun bagaimana kita dapat mengaksesnya, bagaimana kita dapat mengalaminya?
Marilah
kita lihat apa yang terjadi pada para murid dalam Bacaan Injil. Mereka sedang
melalui momen paling tragis dalam hidup: setelah hari-hari yang penuh gairah,
mereka mengurung diri di Ruang Atas, takut dan putus asa. Yesus yang bangkit
datang kepada mereka dan memperlihatkan kepada mereka luka-luka-Nya (bdk. ayat
20): luka-luka-Nya adalah tanda penderitaan dan rasa sakit, luka-luka-Nya bisa
membangkitkan perasaan bersalah, namun bersama Yesus justru menjadi saluran
kerahiman dan pengampunan. Dengan cara ini, para murid melihat dan menjamah
dengan tangan mereka fakta bahwa bersama Yesus, hidup selalu menang, kematian
dan dosa dikalahkan, bersama Yesus. Dan mereka menerima karunia Roh-Nya, yang
memberi mereka hidup baru, sebagai putra-putra terkasih – hidup sebagai
putra-putra terkasih – yang dipenuhi dengan sukacita, cinta dan harapan. Saya
akan menanyakan satu hal: apakah kamu mempunyai harapan? Kamu masing-masing
bertanya pada dirimu sendiri: “Bagaimana harapanku?”
Beginilah
cara “memperoleh hidup” setiap hari: cukup dengan memusatkan pandangan pada
Yesus yang disalibkan dan bangkit, berjumpa dengan-Nya dalam sakramen-sakramen
dan doa, menyadari bahwa Ia hadir, percaya kepada-Nya, membiarkan diri dijamah
oleh rahmat-Nya dan dibimbing oleh keteladanan-Nya, mengalami sukacita
mencintai seperti Dia. Setiap perjumpaan dengan Yesus, perjumpaan yang hidup
dengan Yesus memampukan kita untuk memperoleh semakin banyak hidup. Mencari
Yesus, membiarkan diri kita ditemukan – karena Ia mencari kita – membuka hati
kita untuk berjumpa dengan Yesus.
Namun,
marilah kita bertanya pada diri kita: apakah aku percaya pada kuasa kebangkitan
Yesus, apakah aku percaya bahwa Yesus telah bangkit? Apakah aku percaya pada
kemenangan-Nya atas dosa, ketakutan dan kematian? Apakah aku membiarkan diriku
ditarik ke dalam hubungan dengan Tuhan, dengan Yesus? Dan apakah aku membiarkan
diriku didorong oleh-Nya untuk mencintai saudara-saudariku, dan berharap setiap
hari? Kamu masing-masing, pikirkanlah hal ini.
Semoga
Maria membantu kita untuk memiliki iman yang semakin besar kepada Yesus, kepada
Yesus yang bangkit, “memperoleh hidup” dan menyebarkan sukacita Paskah.
[Setelah pendarasan
doa Ratu Surga]
Saudara-saudari
terkasih!
Saya
ingin mengenang orang-orang yang tewas dalam kecelakaan bus di Afrika Selatan
beberapa hari lalu. Marilah kita mendoakan mereka dan keluarga mereka.
Kemarin
adalah Hari Olahraga Sedunia untuk Pembangunan dan Perdamaian. Kita semua tahu
bagaimana berolahraga dapat mendidik masyarakat agar terbuka, berlandaskan
kesetiakawanan, dan tidak berprasangka buruk. Namun untuk hal ini kita memerlukan
pemimpin dan pelatih yang tidak hanya bertujuan untuk menang atau menghasilkan
uang.
Kita
jangan berhenti berdoa untuk perdamaian, perdamaian yang adil dan kekal,
khususnya bagi Ukraina yang tersiksa, serta Palestina dan Israel. Semoga Roh
Tuhan yang bangkit mencerahkan dan mendukung semua orang yang berupaya
mengurangi ketegangan serta mendorong tindakan yang memungkinkan negosiasi.
Semoga Tuhan memberi para pemimpin kemampuan untuk berhenti sejenak guna
mempertimbangkan, bernegosiasi.
Saya
menyapa kamu semua, umat Roma dan para peziarah dari Italia dan pelbagai
negara. Secara khusus, saya menyapa para siswa Sekolah Katolik Mar Qardakh di
Erbil, ibu kota Kurdistan Irak; dan kaum muda Castellón, Spanyol. Dengan penuh
kasih sayang saya menyapa kelompok doa yang membina spiritualitas Kerahiman
Ilahi, yang berkumpul hari ini di Tempat Suci Roh Kudus, Sassia.
Saya
menyapa klub bola gelinding “La Perosina”, grup ACLI dari Chieti, peserta
Konferensi Internasional untuk pengentasan ibu pengganti, umat Modugno dan
Alcamo, siswa Sekolah “San Giuseppe” Bassano del Grappa dan calon penerima
sakramen krisma dari Santarcangelo di Romagna. Saya menyapa banyak orang
Polandia di sini: Saya bisa melihat benderanya!
Kepada
kamu semua saya mengucapkan selamat hari Minggu. Tolong, jangan lupa untuk
mendoakan saya. Selamat menikmati makan siangmu, dan sampai jumpa!
_____
(Peter Suriadi - Bogor, 7 April 2024)