Segera setelah dibaptis di Sungai
Yordan, Yesus “dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis” (Mat 4:1) –
inilah yang dikatakan Injil Matius. Prakarsa bukan dari Iblis, tetapi dari
Allah. Ketika pergi ke padang gurun, Yesus menaati inspirasi Roh Kudus; Ia
tidak jatuh ke dalam jerat musuh, tidak, tidak! Setelah Ia bertahan dalam
cobaan, sebagaimana tertulis, Ia kembali ke Galilea “dalam kuasa Roh” (Luk
4:14).
Di padang gurun, Yesus membebaskan
diri-Nya dari Iblis, dan sekarang Ia dapat membebaskan dari Iblis. Ia
membebaskan diri-Nya, Ia membebaskan dari Iblis. Itulah yang disoroti para
Penginjil dengan berbagai kajian tentang pembebasan dari kerasukan. Yesus
berkata kepada para penentang-Nya, "Jika Aku mengusir setan dengan kuasa
Roh Allah, maka Kerajaan Allah sudah datang kepadamu" (Mat 12:28). Dan
Yesus mengusir setan, dengan mengacu Kerajaan Allah.
Saat ini kita sedang menyaksikan
fenomena aneh mengenai Iblis. Pada tingkat budaya tertentu, diyakini bahwa ia
tidak ada. Ia dapat menjadi lambang alam bawah sadar kolektif, atau
keterasingan; singkatnya, sebuah metafora. Namun, "tipu muslihat Iblis
yang paling cerdik adalah meyakinkanmu bahwa ia tidak ada!", tulis
seseorang (Charles Baudelaire). Ia cerdik: ia membuat kita percaya bahwa ia
tidak ada, dan dengan cara ini ia menguasai segalanya. Ia licik. Namun dunia
kita yang berteknologi dan sekuler ini penuh dengan tukang sihir, okultisme,
spiritualisme, astrolog, penjual mantra dan jimat, dan sayangnya dengan sekte
setan yang nyata. Setelah diusir dari pintu, Iblis masuk kembali, bisa
dikatakan, melalui jendela. Setelah diusir dari iman, ia masuk kembali dengan
takhayul. Dan jika kamu percaya takhayul, kamu secara tidak sadar sedang
berbicara dengan Iblis. Kita tidak berbicara dengan Iblis.
Bukti terkuat tentang keberadaan Iblis
tidak ditemukan pada orang berdosa atau orang yang kerasukan, tetapi pada orang
kudus! "Bagaimana ini bisa terjadi, Bapa?". Ya, memang benar bahwa Iblis
hadir dan bekerja dalam bentuk kejahatan dan kefasikan tertentu yang ekstrem
dan "tidak manusiawi" yang kita lihat di sekitar kita. Namun, melalui
rute ini, secara praktis mustahil untuk mencapai, dalam kasus-kasus individual,
kepastian bahwa itu benar-benar dia, mengingat kita tidak dapat mengetahui
dengan tepat di mana tindakannya berakhir dan kejahatan kita dimulai. Inilah
sebabnya mengapa Gereja sangat bijaksana dan sangat ketat dalam melakukan
pengusiran setan, tidak seperti apa yang terjadi, sayangnya, dalam film-film
tertentu!
Dalam kehidupan para kudus, tepatnya di
sana, Iblis dipaksa keluar ke tempat terbuka, untuk menempatkan dirinya
"melawan terang". Semua orang kudus, semua orang percaya yang hebat,
kurang lebih beberapa, bersaksi tentang perjuangan mereka dengan kenyataan yang
samar-samar ini, dan kita tidak dapat dengan jujur berasumsi bahwa mereka semua tertipu atau sekadar korban
prasangka pada zaman mereka.
Pertempuran melawan roh jahat
dimenangkan seperti yang dimenangkan Yesus di padang gurun: dengan menyerang
menggunakan sabda Allah. Kamu melihat Yesus tidak berbicara dengan Iblis, Ia
tidak pernah berbicara dengan Iblis. Entah Ia mengusirnya, atau mengutuknya,
tetapi Ia tidak pernah berbicara. Dan di padang gurun, Ia tidak menjawab dengan
sabda-Nya, tetapi dengan sabda Allah. Saudara-saudari, jangan pernah berbicara
dengan Iblis; ketika godaan muncul: "Tetapi, ini akan baik, itu akan
baik" - berhentilah. Angkat hatimu kepada Tuhan, berdoalah kepada Bunda
Maria dan usirlah dia, sebagaimana diajarkan Yesus kepada kita bagaimana
mengusirnya. Santo Petrus juga menyarankan cara lain, yang tidak dibutuhkan
Yesus, tetapi kita butuhkan - kewaspadaan. "Waspadalah dan
berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang
mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 Ptr 5:8). Dan
Santo Paulus berkata kepada kita, "Janganlah beri kesempatan kepada
Iblis" (Ef 4:27).
Setelah Kristus, di kayu salib,
mengalahkan selamanya kekuasaan “penguasa dunia ini” (Yoh 12:31), seorang Bapa
Gereja berkata, “Iblis terikat, seperti anjing yang diikat dengan rantai; ia
tidak dapat menggigit siapa pun kecuali mereka yang, menentang bahaya,
mendekatinya... Ia dapat menggonggong, ia dapat mendesak, tetapi ia hanya dapat
menggigit mereka yang menginginkannya”[1].
Jika kamu seorang bodoh dan kamu pergi kepada Iblis dan berkata, “Ah, apa
kabar?”, dan segala macamnya, itu menghancurkan dirimu. Iblis – jarak. Kita
tidak berbicara dengan Iblis. Kita mengusirnya. Jarak. Dan kita semua, setiap
orang, kita memiliki pengalaman tentang bagaimana Iblis mendekati dengan
beberapa godaan. Godaan sepuluh perintah Allah: ketika kita merasakan hal ini,
berhentilah, jaga jarak: jangan mendekati anjing yang dirantai.
Teknologi modern, misalnya, selain banyak
sumber daya positif yang patut dihargai, juga menawarkan banyak cara untuk
"memberi kesempatan kepada Iblis", dan banyak yang jatuh ke dalam
perangkap. Pikirkanlah pornografi daring, yang di baliknya terdapat pasar yang
berkembang pesat: kita semua tahu ini. Iblis sedang bekerja, di sana. Dan ini
adalah fenomena yang sangat meluas, yang harus diwaspadai dan ditolak dengan
tegas oleh umat kristiani. Karena telepon pintar apa pun memiliki akses ke
kebrutalan ini, ke bahasa Iblis ini: pornografi daring.
Kesadaran akan tindakan iblis dalam
sejarah seharusnya tidak membuat kita putus asa. Pikiran terakhir harus, juga
dalam kasus ini, tentang kepercayaan dan keamanan: "Aku bersama Tuhan,
pergilah". Kristus mengalahkan Iblis dan memberi kita Roh Kudus untuk menjadikan
kemenangan-Nya milik kita. Tindakan musuh dapat berbalik menguntungkan kita,
jika dengan pertolongan Allah kita menjadikannya sebagai pemurnian kita. Karena
itu marilah kita memohon kepada Roh Kudus, dengan kata-kata madah Datanglah Ya
Roh Pencipta:
Halaulah musuh umat-Mu
Berilah kami damai-Mu
Agar dengan tuntunan-Mu
Kami hindarkan yang jahat
Hati-hatilah, Iblis itu cerdik – tetapi
kita umat kristiani, dengan kasih karunia Allah, lebih cerdik daripada dia.
Terima kasih.
[Sapaan Khusus]
Saya menyapa dengan hangat para
peziarah berbahasa Inggris yang mengikuti Audiensi hari ini, khususnya kelompok
dari Inggris, Australia, India, Malaysia, Filipina, Taiwan, Kanada, dan Amerika
Serikat. Secara khusus saya menyapa para mahasiswa baru Sekolah Tinggi Bahasa
Inggris Venerable, beserta doa-doa saya untuk persiapan mereka menjadi imam.
Atas kamu semua, dan keluargamu, saya memohonkan sukacita dan damai Tuhan kita
Yesus Kristus. Allah memberkatimu.
[Imbauan Bapa Suci]
Saya bersedih mendengar berita dari
Lebanon, di mana dalam beberapa hari terakhir pengeboman hebat telah menelan
banyak korban dan menyebabkan kerusakan. Saya berharap masyarakat internasional
dapat melakukan berbagai upaya untuk menghentikan eskalasi yang mengerikan ini.
Hal ini tidak dapat diterima.
Saya menyampaikan kedekatan saya kepada
rakyat Lebanon, yang telah terlalu banyak menderita di masa lalu. Dan marilah
kita mendoakan semua orang, semua orang yang menderita akibat perang: janganlah
kita lupakan Ukraina yang tersiksa, Myanmar, Palestina, Israel, Sudan, semua
orang yang sedang menderita. Marilah kita berdoa untuk perdamaian.
[Ringkasan dalam bahasa Inggris yang disampaikan oleh
seorang penutur]
Saudara-saudari terkasih: Dalam
katekese kita tentang Roh Kudus, kini kita beralih ke kisah Injil tentang
godaan Yesus di padang gurun, yang bukan saja berbicara kepada kita tentang
kenyataan Iblis, si penggoda, tetapi juga tentang kemahakuasaan Tuhan untuk membebaskan
kita dari jeratnya. Bukti terbesar tentang keberadaan Iblis tidak dapat
ditemukan dalam bukti kejahatan di dunia kita, tetapi dalam kehidupan dan
kesaksian para kudus. Melalui upaya mereka untuk bertumbuh dalam kebajikan dan
kekudusan, para kudus bersaksi tentang kenyataan kedosaan roh jahat dan
perlunya berjuang melawan godaan untuk berbuat dosa. Kemenangan Tuhan yang
bangkit atas kuasa kejahatan dan dosa memberi kita harapan yang pasti bahwa,
dengan percaya pada sabda-Nya dan dikuatkan oleh kasih karunia Roh Kudus, kita
dapat mengatasi setiap godaan, mengalami pemurnian dalam hati kita dan
bertumbuh dalam persatuan dengan Kristus.
_______
(Peter Suriadi - Bogor, 25 September 2024)