Ia
menyampaikan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka (Mat 13:3a)
Saudara-saudari
terkasih,
Saya
senang menyapamu dalam Audiensi Umum perdana saya ini. Hari ini saya akan
melanjutkan rangkaian katekese Yubileum, dengan tema “Yesus Kristus Pengharapan
Kita”, yang diprakarsai oleh Paus Fransiskus.
Marilah
kita terus merenungkan perumpamaan-perumpamaan Yesus hari ini, yang membantu
kita untuk mendapatkan kembali pengharapan, karena perumpamaan-perumpamaan itu
menunjukkan kepada kita bagaimana Allah bekerja dalam sejarah. Hari ini saya
ingin merenungkan sebuah perumpamaan yang agak aneh, karena perumpamaan itu
merupakan semacam pengantar untuk semua perumpamaan. Saya mengacu pada
perumpamaan tentang penabur (bdk. Mat 13:1-17). Dalam arti tertentu, dalam
kisah ini kita dapat mengenali cara Yesus berkomunikasi, yang mengajarkan
banyak hal kepada kita untuk mewartakan Injil hari ini.
Setiap
perumpamaan menceritakan kisah yang diambil dari kehidupan sehari-hari, bahkan
ingin memberitahu kita sesuatu yang lebih, merujuk kita pada makna yang lebih
dalam. Perumpamaan menimbulkan pertanyaan dalam diri kita; ia mengundang kita
untuk tidak berhenti pada penampakan. Sebelum kisah diceritakan atau gambaran
disajikan kepada saya, saya dapat bertanya pada diri saya sendiri: di mana saya
dalam kisah ini? Apa yang dikatakan gambaran ini kepada hidup saya? Sebenarnya,
istilah "perumpamaan" berasal dari kata kerja Yunani paraballein,
yang berarti melemparkan di depan. Perumpamaan melemparkan di depan saya sebuah
kata yang memprovokasi dan mendorong saya untuk mempertanyakan diri saya.
Perumpamaan
tentang penabur berbicara secara tepat tentang dinamika sabda Allah dan dampak
yang ditimbulkannya. Sesungguhnya, setiap sabda Injil bagaikan benih yang
ditabur di tanah kehidupan kita. Yesus menggunakan gambaran benih berkali-kali,
dengan makna yang berbeda-beda. Dalam bab 13 Injil Matius, perumpamaan tentang
penabur memperkenalkan serangkaian perumpamaan pendek lainnya, beberapa di
antaranya berbicara secara tepat tentang apa yang sedang terjadi di lahan:
gandum dan lalang, biji sesawi, harta karun yang terpendam di ladang. Lalu,
apakah tanah ini? Tanah adalah hati kita, bahkan juga dunia, komunitas, Gereja.
Sabda Allah, pada kenyataannya, menghasilkan buah dan menghasut setiap
kenyataan.
Pada
bagian awal, kita melihat Yesus yang meninggalkan rumah dan mengumpulkan banyak
orang di sekelilingnya (bdk. Mat 13:1). Perkataan-Nya memikat dan menggelitik.
Di antara orang-orang itu, tentu saja ada banyak situasi yang berbeda.
Perkataan Yesus ditujukan kepada semua orang, tetapi ia bekerja dalam diri
setiap orang dengan cara yang berbeda. Konteks ini memungkinkan kita untuk
lebih memahami makna perumpamaan itu.
Seorang
penabur yang agak tidak biasa pergi menabur, namun tidak peduli di mana benih
itu jatuh. Ia menabur benih bahkan di tempat yang kemungkinan kecil akan
menghasilkan buah: di jalan setapak, di bebatuan, di antara semak berduri.
Sikap ini mengejutkan pendengar dan mendorongnya untuk bertanya: bagaimana bisa?
Kita
terbiasa menghitung-hitung segala sesuatunya – dan terkadang perlu – tetapi ini
tidak berlaku dalam kasih! Cara penabur yang “membuang-buang” ini menabur benih
merupakan gambaran cara Allah mengasihi kita. Memang benar bahwa nasib benih
juga bergantung pada cara bumi menerimanya dan situasi di mana benih itu
berada, tetapi pertama-tama dan terutama dalam perumpamaan ini Yesus
memberitahu kita bahwa Allah menaburkan benih sabda-Nya di segala jenis tanah,
yaitu, dalam situasi apa pun yang kita hadapi: terkadang kita lebih dangkal dan
tidak fokus, terkadang kita membiarkan diri kita terbawa oleh antusiasme,
terkadang kita terbebani oleh kekhawatiran hidup, tetapi ada juga saat-saat
ketika kita bersedia dan menyambutnya. Allah yakin dan berharap bahwa cepat
atau lambat benih itu akan tumbuh. Beginilah cara Ia mengasihi kita: Ia tidak
menunggu kita menjadi tanah yang terbaik, tetapi Ia selalu dengan murah hati
memberikan sabda-Nya kepada kita. Mungkin dengan melihat bahwa Ia memercayai
kita, keinginan untuk menjadi tanah yang lebih baik akan menyala dalam diri
kita. Inilah harapan yang dibangun di atas batu karang kemurahan hati dan belas
kasih Allah.
Dalam
menceritakan cara benih berbuah, Yesus juga berbicara tentang kehidupan-Nya.
Yesus adalah Sabda, Ia adalah Benih. Dan benih, agar berbuah, harus mati. Jadi,
perumpamaan ini memberitahu kita bahwa Allah siap untuk
"membuang-buang" kita dan Yesus bersedia mati untuk mengubah hidup
kita.
Lukisan
indah karya Van Gogh, Penabur di Kala Matahari Terbenam, terlintas dalam benak
saya. Gambaran penabur di bawah terik matahari itu juga berbicara kepada saya
tentang kerja keras petani. Dan menurut saya, di balik penabur, Van Gogh
menggambarkan biji-bijian yang sudah ranum. Bagi saya tampak gambaran harapan:
dengan satu atau lain cara, benih telah berbuah. Kita tidak yakin bagaimana,
tetapi memang demikian. Namun, di tengah pemandangan itu, bukan penabur, yang
berdiri di samping; sebaliknya, seluruh lukisan didominasi oleh gambaran
matahari, mungkin untuk mengingatkan kita bahwa Allah yang menggerakkan
sejarah, meskipun kadang-kadang Ia tampak tidak hadir atau jauh. Matahari yang
menghangatkan gumpalan tanah dan meranumkan benih.
Saudara-saudari
terkasih, dalam situasi kehidupan seperti apakah Sabda Allah saat ini
menjangkau kita? Marilah kita mohon kepada Tuhan agar selalu menerima benih
yang merupakan Sabda-Nya. Dan jika kita menyadari bahwa kita bukan tanah yang
subur, janganlah kita berkecil hati, tetapi marilah kita mohon kepada-Nya untuk
lebih banyak bekerja dalam diri kita agar kita menjadi lahan yang lebih baik.
***
[Imbauan]
Situasi
di Jalur Gaza semakin mengkhawatirkan dan menyakitkan. Saya kembali memohon
dengan sepenuh hati agar memperkenankan masuknya bantuan kemanusiaan yang
bermartabat dan mengakhiri permusuhan, yang harganya sangat mahal dan harus
dibayar oleh anak-anak, orang tua, dan orang sakit.
[Sapaan Khusus]
Saya
menyapa para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris, khususnya mereka
yang berasal dari Inggris, Irlandia, Hongaria, Norwegia, Nigeria, Senegal,
Tanzania, Australia, Selandia Baru, India, Indonesia, Malaysia, Mongolia,
Filipina, Korea Selatan, Vietnam, Kanada, dan Amerika Serikat. Saya khususnya
menyapa para Suster Santo Yosef dari Annecy, Suster Misionaris Pallottine dari
Kerasulan Katolik, para Putri Santo Jerome Emiliani, kelompok Pasutri untuk
Kristus, para peziarah dari Keuskupan Kerry, dan sekelompok relawan muda internasional
dari Saint Cassian’s Centre. Dengan harapan yang penuh doa agar Yubelium
Pengharapan saat ini dapat menjadi masa rahmat dan pembaruan rohani bagimu dan
keluargamu, saya memohonkan atas kamu semua sukacita dan damai Tuhan Yesus
.
_____________________________
[Ringkasan Katekese]
Saudara-saudari
terkasih: Saya senang berada bersamamu dalam Audiensi Umum perdana masa
kepausan saya ini. Hari ini, saya ingin membahas rangkaian katekese tentang
tema Yubileum “Kristus Pengharapan Kita” yang dimulai oleh Paus Fransiskus, dan
merenungkan perumpamaan Yesus tentang penabur dan benih. Kemurahan hati, bahkan
kecerobohan, yang dilakukan penabur saat menabur benih di segala jenis tanah,
bahkan di tanah berbatu yang tampaknya paling tidak menjanjikan, dapat mengejutkan
kita. Yesus menjelaskan bahwa benih adalah sabda Allah, yang dimaksudkan untuk
berakar dalam hati semua orang, tidak ada yang dikecualikan. Kita yang
mendengar perumpamaan ini, dan menerapkannya dalam kehidupan kita, mungkin
merasa tertantang untuk menjadi lahan yang lebih baik dan mau menerima karya
anugerah-Nya. Namun perumpamaan tentang penabur juga dapat membuat kita
berpikir tentang Yesus sendiri, yang, dalam kematian dan kebangkitan-Nya,
menjadi benih yang jatuh ke tanah dan mati untuk menghasilkan buah yang
berlimpah. Gambaran tentang penabur – kita dapat mengingat lukisan terkenal
karya Van Gogh – merupakan gambaran pengharapan akan datangnya panen. Hari ini,
dan setiap hari, marilah kita memohon kepada Tuhan agar membuka hati kita terhadap
sabda-Nya yang menyelamatkan serta kuasa-Nya yang mengubah rupa dan memperkaya
hidup kita dan dunia tempat kita tinggal.
_____
(Peter Suriadi - Bogor, 21 Mei 2025)