Saudara-saudari terkasih, selamat hari Minggu!
Saya
masih dalam tahap awal pelayanan saya di antaramu. Pertama-tama, saya ingin
mengucapkan terima kasih atas kasih sayang yang kamu tunjukkan serta memintamu
untuk terus mendukung saya dengan doa dan kedekatanmu.
Melaksanakan
apa pun panggilan Tuhan terhadap diri kita, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam perjalanan iman kita, ada kalanya kita merasa tidak mampu. Namun,
Bacaan Injil hari Minggu ini (lih. Yoh 14:23-29) memberitahu kita untuk tidak
mengandalkan kemampuan kita, tetapi belas kasih Tuhan yang telah memilih kita,
serta meyakini Roh Kudus akan membimbing kita dan mengajarkan kita segala
sesuatu.
Menjelang
kematian Sang Guru, para Rasul, dalam kebingungan dan kesedihan mereka,
bertanya-tanya bagaimana mereka dapat terus memberikan kesaksian tentang
Kerajaan Allah. Yesus kemudian berbicara kepada mereka tentang karunia Roh
Kudus. Ia membuat janji yang luar biasa ini: “Jika seseorang mengasihi Aku, ia
akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang
kepadanya dan tinggal bersama-sama dengan dia” (ayat 23).
Dengan
cara ini, Yesus membebaskan para murid dari kecemasan mereka, dengan berkata
kepada mereka, "Janganlah gelisah dan gentar hatimu" (ayat 27). Sebab
jika kita tinggal dalam kasih-Nya, Ia akan datang untuk tinggal di dalam diri
kita dan hidup kita akan menjadi bait Allah. Kasih-Nya menerangi kita,
memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak, menyebar kepada sesama dan
merangkul setiap situasi dalam hidup kita.
Saudara-saudari,
tinggalnya Allah di dalam diri kita ini adalah karunia Roh Kudus, yang menuntun
dan memampukan kita mengalami kehadiran dan kedekatan Allah di tengah kehidupan
kita sehari-hari, karena Ia menjadikan kita bait-Nya.
Sungguh
luar biasa memikirkan, ketika kita mempertimbangkan panggilan pribadi kita,
situasi yang kita hadapi dan orang-orang yang dipercayakan kepada kita,
komitmen dan tanggung jawab kita, dan pelayanan kita di dalam Gereja, kita
masing-masing dapat berkata dengan yakin, “Meskipun aku lemah, Tuhan tidak malu
terhadap kemanusiaanku. Ia justru datang untuk tinggal di dalam diriku. Ia
menyertaiku dengan Roh-Nya; Ia mencerahkanku dan menjadikanku alat kasih-Nya
bagi sesama, masyarakat, dan dunia.”
Sahabat-sahabat
terkasih, atas dasar janji itu, marilah kita berjalan dalam sukacita yang lahir
dari iman, agar kita menjadi bait suci Tuhan. Marilah kita bertekad untuk
membawa kasih-Nya ke mana-mana, dengan tidak pernah melupakan bahwa setiap
saudara dan saudari kita adalah tempat tinggal Allah dan kehadiran-Nya
dinyatakan terutama dalam diri orang kecil, dalam diri orang miskin dan mereka
yang menderita, yang meminta kita untuk menjadi umat kristiani yang penuh
pertimbangan dan berbela rasa.
Dan
marilah kita memercayakan diri kita kepada perantaraan Santa Maria. Dengan
kuasa Roh Kudus, ia menjadi "tempat tinggal yang dikuduskan bagi
Allah." Bersama dia, semoga kita juga dapat merasakan sukacita menyambut
Tuhan ke dalam hidup kita serta menjadi tanda dan sarana kasih-Nya.
[Setelah pendarasan
doa Ratu Surga]
Saudara-saudari
terkasih!
Kemarin
di Poznań, Polandia, Stanislaus Kostka Streich, seorang imam diosesan yang
dibunuh karena kebencian terhadap iman pada tahun 1938 karena karyanya bagi
kaum miskin dan pekerja membuat marah para pengikut ideologi Komunis,
dibeatifikasi. Semoga teladannya mengilhami para imam terutama untuk memberikan
diri mereka dengan murah hati dalam melayani Injil dan saudara-saudari mereka.
Kemarin,
pada Peringatan Liturgi Santa Perawan Maria Penolong Umat Kristiani, kita
merayakan Hari Doa bagi Gereja di Cina, yang ditetapkan oleh Paus Benediktus
XVI. Di gereja-gereja dan tempat-tempat suci di seluruh Cina dan seluruh dunia,
doa-doa dipanjatkan kepada Allah sebagai tanda perhatian dan kasih sayang bagi
umat Katolik Cina dan persekutuan mereka dengan Gereja universal. Semoga
pengantaraan Santa Maria mendatangkan bagi mereka, dan bagi kita, rahmat untuk
menjadi saksi Injil yang kuat dan penuh sukacita, bahkan di tengah-tengah
pencobaan, sehingga kita dapat selalu mengedepankan kedamaian dan kerukunan.
Dengan
kepekaan perasaan ini, doa kita merangkul semua orang yang sedang menderita
karena perang. Marilah kita mohon keberanian dan ketekunan bagi mereka yang
terlibat dalam dialog dan pengupayaan perdamaian yang tulus.
Sepuluh
tahun yang lalu, Paus Fransiskus menandatangani Ensiklik Laudato Si’, yang
ditujukan untuk merawat rumah kita bersama. Ensiklik ini telah memberikan
dampak yang luar biasa, mengilhami banyak sekali prakarsa dan mengajarkan semua
orang untuk mendengarkan jeritan Bumi dan kaum miskin. Saya menyambut dan
menyemangati gerakan Laudato Si’ serta semua orang yang menjalankan komitmen
ini.
Saya
menyapa kamu semua yang datang dari Italia dan berbagai belahan dunia lainnya,
khususnya para peziarah dari Valencia dan Polandia, dengan berkat untuk mereka
yang berada di Polandia yang sedang mengikuti peziarahan besar ke Gua Maria
Piekary Śląskie. Saya juga menyapa umat Pescara, Sortino, Paternò, Caltagirone,
Massarosa Nord, Malnate Palagonia, dan Cerello, serta umat Paroki Hati Kudus
Yesus dan Maria Roma. Saya menyapa para calon penerima sakramen krisma dari
Keuskupan Agung Genoa, San Teodoro, di Keuskupan Tempio-Ampurias, dan para
pesepeda dari Paderno Dugnano serta para penembak jitu dari Palermo.
Saya
mengucapkan selamat hari Minggu kepada semuanya!
_____
(Peter Suriadi - Bogor, 25 Mei 2025)