Saudara-saudari
terkasih,
Saya
ingin menelaah kembali salah satu perumpamaan Yesus. Dalam hal ini, kisah yang
juga menumbuhkan pengharapan kita. Memang, terkadang kita merasa tidak dapat
menemukan makna hidup: kita merasa tidak berguna, tidak berdaya, seperti para
pekerja yang menganggur di pasar, menunggu seseorang yang mempekerjakan mereka.
Namun, terkadang waktu berlalu, hidup terus berjalan, dan kita tidak merasa
diakui atau dihargai. Mungkin kita tidak datang tepat waktu, orang lain telah
datang sebelum kita, atau masalah menghalangi kita di tempat lain.
Metafora
pasar juga sangat tepat untuk zaman kita, karena pasar adalah tempat berbisnis,
di mana sayangnya bahkan kasih sayang dan harga diri diperjualbelikan, dalam
upaya untuk mendapatkan sesuatu. Dan ketika kita tidak merasa dihargai, diakui,
kita berisiko menjual diri kita kepada penawar pertama. Sebaliknya, Tuhan
mengingatkan kita bahwa hidup kita berharga, dan Ia ingin membantu kita
menemukan hal ini.
Dalam
perumpamaan yang sedang kita bahas hari ini, juga ada pekerja yang sedang
menunggu seseorang yang akan mempekerjakan mereka seharian. Kita berada di Bab
20 Injil Matius, dan di sini kita juga menemukan seorang tokoh yang perilakunya
tidak biasa, yang mengejutkan dan menantang kita. Ia adalah sang pemilik kebun
anggur, yang datang sendiri untuk mencari para pekerjanya. Jelas, ia ingin
membangun hubungan pribadi dengan mereka.
Sebagaimana
telah saya katakan, perumpamaan yang memberi pengharapan, karena menceritakan
kepada kita bahwa pemilik kebun anggur ini keluar beberapa kali untuk mencari
orang-orang yang sedang menunggu untuk memberi makna pada kehidupan mereka.
Pemilik kebun anggur segera keluar pagi-pagi benar dan kemudian, setiap tiga
jam, ia kembali mencari pekerja untuk dipekerjakan di kebun anggurnya.
Mengikuti jadwal ini, setelah keluar pada pukul tiga petang, tidak ada alasan
lagi untuk keluar, karena hari kerja berakhir pada pukul enam petang.
Pemilik
yang tak kenal lelah ini, yang ingin dengan berbagai cara memberi nilai pada
kehidupan kita masing-masing, malah keluar pada pukul lima petang. Para pekerja
yang tetap tinggal di pasar mungkin sudah putus asa. Hari itu tidak
menghasilkan apa-apa. Meskipun demikian, seseorang masih percaya kepada mereka.
Apa gunanya mempekerjakan orang hanya selama satu jam terakhir? Namun, bahkan
ketika tampaknya kita tidak dapat berbuat banyak, kehidupan selalu berharga.
Selalu ada kemungkinan untuk menemukan makna, karena Allah mengasihi kehidupan
kita.
Dan
karakter asli sang pemilik kebun anggur juga terlihat di penghujung hari, saat
waktu pembayaran. Sang pemilik kebun anggur telah sepakat untuk membayar para
pekerja pertama, yang bekerja di kebun anggur saat pagi-pagi benar, satu dinar,
yang merupakan upah harian yang lazim. Ia memberitahu para pekerja lainnya
bahwa ia akan memberi mereka secara adil. Dan di sinilah perumpamaan itu
menggugah kita: apa yang adil? Bagi pemilik kebun anggur, yaitu, bagi Allah,
adil sebab setiap orang memiliki apa yang ia butuhkan untuk hidup. Ia memanggil
para pekerja secara pribadi, ia tahu martabat mereka, dan atas dasar ini, ia
ingin mengupah mereka, dan ia memberi mereka semua satu dinar.
Kisah
itu mengatakan bahwa para pekerja yang bekerja sejak jam pertama kecewa: mereka
tidak dapat melihat keindahan sikap pemilik kebun anggur, yang adil, bahkan
sungguh murah hati; yang tidak hanya melihat jasa, tetapi juga kebutuhan. Allah
ingin memberikan Kerajaan-Nya, yaitu, kehidupan yang penuh, kekal dan bahagia,
kepada semua orang. Dan inilah yang dilakukan Yesus terhadap kita: Ia tidak
menetapkan peringkat, Ia memberikan seluruh diri-Nya kepada orang-orang yang
membuka hati kepada-Nya.
Dalam
terang perumpamaan ini, umat krisiaein masa kini mungkin tergoda untuk
berpikir, “Mengapa harus segera mulai bekerja? Jika upahnya sama, mengapa harus
bekerja lebih keras?”. Santo Agustinus menanggapi keraguan ini dengan berkata,
“Mengapa kamu menunda Dia yang memanggilmu, padahal kamu yakin akan upahnya,
tetapi tidak yakin akan hari itu? Karena itu, camkanlah, supaya kamu jangan
menunda-nunda apa yang dijanjikan-Nya kepadamu”.[1]
Saya
ingin mengatakan, terutama kepada kaum muda, janganlah menunggu, tetapi
tanggapilah dengan antusias panggilan Tuhan yang memanggil kita untuk bekerja
di kebun anggur-Nya. Jangan menunda, singsingkanlah lengan bajumu, karena Tuhan
murah hati dan kamu tidak akan kecewa! Bekerjalah di kebun anggur-Nya, kamu
akan menemukan jawaban atas pertanyaan mendalam yang kamu bawa dalam dirimu:
apa makna hidupku?
Saudara-saudari
terkasih, janganlah kita berkecil hati! Bahkan di saat-saat gelap dalam
kehidupan, ketika waktu berlalu tanpa memberi kita jawaban yang kita cari,
marilah kita memohon kepada Tuhan yang akan datang kembali dan menemukan kita
di mana kita sedang menantikan-Nya. Ia murah hati, dan Ia akan segera datang!
_____________________
[Sapaan Khusus]
Saya menyapa dengan hangat para peziarah dan para pengunjung berbahasa Inggris yang mengikuti Audiensi hari ini, terutama mereka yang datang dari Inggris, Skotlandia, Irlandia, Finlandia, Kenya, India, Indonesia, Korea Selatan, Filipina, dan Amerika Serikat. Saat kita bersiap merayakan Hari Raya Pentakosta, saya memohonkan atasmu dan keluargamu kelimpahan pencurahan karunia Roh Kudus. Allah memberkatimu!
[Ringkasan dalam bahasa Inggris]
Saudara-saudari terkasih: Dalam katekese lanjutan kita tentang tema Yubileum “Yesus Kristus Pengharapan Kita”, hari ini kita menelaah perumpamaan Yesus tentang para pekerja di akhir hari (Mat 20:1-16). Pemilik kebun anggur yang memberikan upah yang sama bahkan kepada para pekerja di akhir hari adalah gambaran Allah Bapa kita, yang terus-menerus mencari mereka yang datang kepada-Nya. Kasih dan kemurahan hati-Nya memberi pahala yang berlimpah kepada mereka yang, meskipun terlambat, menanggapi undangan-Nya untuk ambil bagian dalam kerajaan-Nya, kehidupan yang penuh dan kekal. Allah tidak pernah menyerah pada kita; Ia selalu siap menerima kita dan memberi makna serta pengharapan bagi kehidupan kita, meskipun situasi kita tampaknya tanpa pengharapan dan meskipun jasa kita tampaknya tidak berarti. Semoga kita semua, dan terutama kaum muda kita, bermurah hati dan bersemangat dalam menanggapi panggilan-Nya untuk bekerja di kebun anggur-Nya!
_____
(Peter Suriadi - Bogor, 4 Juni 2025)
[1]Khotbah 87, 6, 8